Perwatakan dan Penokohan
Sama halnya seperti alur dan plot,
perwatakan dan penokohan juga termasuk unsur intrinsik dalam sebuah
cerita atau karya sastra. Pengertian antara keduanya juga terkadang
membingungkan bagi penulis pemula juga pembaca yang ingin menelaah karya
sastra.
Tokoh
adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa
itu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara sastrawan menampilkan tokoh (Aminuddin,
1984:85). Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku,
atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh
sastrawan disebut perwatakan.
Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas :
- Tokoh primer/utama
- Tokoh sekunder/tokoh bawahan
- Tokoh komplementer/tokoh tambahan(Sudjiman, 1988:17-20; Sukada, 1987:160; Aminuddin:85-87).
Dilihat
dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas :
- Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Sebagai contoh, tokoh yang semula jujur, karena terpengaruh oleh temannya yang serakah, akhirnya menjadi tokoh yang tidak jujur. Tokoh ini menjadi jujur kembali setelah ia sadar bahwa dengan tidak jujur penyakit jantungnya menjadi parah.
- Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap.
Bila
dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat dibedakan atas (Aminuddin, 1984:91-92) :
- Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang hanya mempunyai karakter seragam atau tunggal.
- Tokoh yang mempunyai karakter kompleks adalah tokoh yang mempunyai karakter beraneka ragam kepribadian, misalnya tokoh yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang dermawan. Pembela kaum miskin, berusaha mengentaskan kemiskinan, ternyata ia juga menjadi Bandar judi.
Sukada
(1987:160) merangkum keempat pembagian di atas menjadi :
- Tokoh datar (flat character), yakni tokoh yang sederhana dan bersifat statis.
- Tokoh bulat (round character ), yakni tokoh yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis.
Dilihat
dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan
tokoh antagonis (Aminuddin, 1984:85).
- Tokoh Protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada anak dan istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya. Contoh berikutnya bisa kita lihat, misalnya, pada tokoh yang dikenal masyarakat sebagai orang yang pelit, padahal dia adalah pemilik panti asuhan itu. Ia berbuat seakan-akan pelit untuk menutupi kedermawanannya. Ia takut tidak ikhlas dalam beramal saleh.
- Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negative, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tetapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh yang setia kepada negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan di dunia; tokoh yang memegang teguh janji, tetapi janji itu diucapkan pada orang yang salah dan berakibat fatal.
Boulton
(dalam Aminuddin, 1984:85) mengungkapkan bahwa cara sastrawan menggambarkan
atau memunculkan tokohnya dapat menempuh berbagai cara. Mungkin sastrawan
menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang
memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki
cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya atau pelaku egois, kacau,
dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, pelaku dapat berupa manusia atau
tokoh makhluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya kancil, kucing,
kaset, dan sepatu.
Ada beberapa cara memahami watak tokoh, diantaranya :
- Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya
- Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian
- Menunjukkan bagaimana perilakunya
- Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri
- Memahami bagaimana jalan pikirannya
- Melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya
- Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya
- Melihat bagaimanakah tokoh-tokoh yang lain itu memberi reaksi terhadapnya
- Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain (Aminuddin, 1984:87-88).
Suardi
Tasrif (dalam Mochtar Lubis, 1960:18) mengemukakan 7 macam cara melukiskan
perwatakan tokoh cerita, yaitu :
- Physical description; menggambarkan bentuk lahir dari pelaku cerita.
- Portroyal of throught streem of conscious ; pelukisan jalan pikiran atau apa yang terlintas dalam pikiran tokoh.
- Reaction to event: penggambaran tentang bagaimana reaksi pelaku terhadap kejadian-kejadian.
- Direct auther analysis: menganalisis langsung watak tokoh.
- Discussion of environment: pelukisan keadaan sekitar lingkungan pelaku,seperti keadaan kamar yang bisa memberi kesan jorok, dsb.
- Rection of others about to character: pelukisan mengenai bagaimana pandangan pelaku lain terhadap tokoh utama.
- Conversation of about to character: perbincangan oleh pelaku-pelaku lain terhadap tokoh utama, untuk memberi kesan terhadap tokoh utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar