Mendengarkan
8.
Memahami informasi melalui tuturan
|
9.2 Menyimpulkan isi
informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks
yang dibacakan)
|
A. Menyimpulakan Isi Informasi Yang
Disampaikan Melalui Tuntutan Langsung
Untuk menyipulkan informasi, hal yang harus
diperhatikan adalah kemampuan menyimak informasi serta menguraikan pendapat
berdasarkan uraian-uraian informasi.
Kemampuan untuk menyimpulkan isi tuturan lisan
secara lengsung seperti pidato, ceramah, dan khotbah, sangat diperlukan.
Berikut langkah-langkah dalam menyimpulkan informasi:
- Menyimak dengan seksama informasi yang disampaikan.
- Mancatat butir-butir penting
- Menyusun kembali uraian informasi berdasarkan butir-butir penting dengan menggunakan kata-kata sendiri.
- Menulis kesimpulan berdasarkan susunan informasi yang telah dibuat.
Salah seorang siswa (guru) membacakan artikel berikut. Siswa mencatat butir-buti penting,
Artikel Pendidikan Karakter
”Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa”,
adalah kearifan dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat.
Kearifan itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani
kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan
pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada
ras, suku dan keagamaan. pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana
tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan
dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun
keberadaban bangsa Indonesia. Pesan akhir tulisan ini, berikan layanan yang
terbaik kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan sehingga terwujud masyarakat
yang ”beradab” yang mengimplementasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali
merdeka, tetap merdeka.
Mengapa Melalui Pendidikan?
“Education is not a preparation of life, but it’s life
itself”. Demikianlah pendapat John Dewey ketika beliau berusaha menjelaskan
tentang ranah pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan adalah kehidupan.
Oleh karena itu, benar kata WD Rendra dalam salah satu puisinya telah
mempertanyakan tentang adanya “papan tulis-papan tulis para pendidik yang
terlepas dari persoalan kehidupan”. Mengapa? Proses pendidikan di
sekolah ternyata masih lebih mengutamakan aspek kognitifnya ketimbang afektif
dan psikomotoriknya. Bahkan konon Ujian Nasional pun lebih mementingkan aspek
intelektualnya ketimbang aspek kejujurannya. Konon tingkat kejujuran Ujian
Nasional itu hanyalah 20%, karena masih banyak peserta didik yang menyontek
dalam pelbagai cara dalam mengerjakan Ujian Nasional itu.
Dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences), Daniel Goleman mengingatkan kepada kita bahwa kecerdasan
emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan
intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter
diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab, bukan kehidupan yang
justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para cerdik
pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character
education).
Pendidikan Karakter dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
Pilarkarakter yang mana
yang harus dikembangkan di Indonesia? Sesungguhnya semua pilar karakter
tersebut memang harus dikembangkan secara holistik melalui sistem pendidikan
nasional di negeri ini. Namun, secara spesifik memang juga ada pilar-pilar yang
perlu memperoleh penekanan. Sebagai contoh, pilar karakter kejujuran (honesty)
sudah pasti haruslah lebih mendapatkan penekanan, karena negeri ini masih
banyak tindak KKN dan korupsi. Demikian juga dengan pilar keadilan (fairness)
juga harus lebih memperoleh penekanan, karena kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa banyak pendukung pemilukada yang kalah ternyata tidak mau secara legowo
mengakui kekalahannya. Selain itu, fenomena tawuran antarwarga, antarmahasiswa,
dan antaretnis, juga sangat memerlukan pilar karakter toleransi (tolerance),
rasa hormat (respect), dan persamaan (equality).
Untuk tujuan khusus, misalnya membangkitkan semangat bagi
para olahragawan yang akan bertanding di tingkat internasional, maka pilar rasa
percaya diri (trustworthiness) dan keberanian (courage) juga
harus mendapatkan penekanan tersendiri.
Akhirnya, dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi
kecerdasan anak-anak bangsa, dan dilandasi dengan pendidikan karakternya,
diharapkan anak-anak bangsa di masa depan akan memiliki daya saing yang tinggi
untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang
semakin maju dan beradab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar