Kamis, 21 November 2013

EYD 2009

III. PEMAKAIAN TANDA BACA A. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.) Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, "kaki saya sakit." 2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. III. Departemen Pendidikan Nasional A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1. Direaktorat Pendidikan Anak Usia Dini 2. ... b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus 2.1 … 2.2 ... Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut. (1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. Misalnya: pukul 9.00 pagi 25 pukul 11.00 siang pukul 5.00 sore pukul 8.00 malam (2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Misalnya: pukul 00.45 pukul 07.30 pukul 11.00 pukul 17.00 pukul 22.00 4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) 5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya: Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan. 6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang. Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678. (2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945) Salah Asuhan (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Misalnya: Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga 26 Jalan Cikini 71 Jakarta Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif Rahmad 43 Palembang Adinda Jalan Diponegoro 82 Jakarta 21 April 2008 (4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut. Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m 7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.) B. Tanda Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko. Satu, dua, ... tiga! 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya. Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota. 3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya: 27 Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun. Catatan: Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu. 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.) Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian." 7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru. "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya. 8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang. 9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 28 10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12. Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. 11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M. Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung). 12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750,00 Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen. 13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. Catatan: Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma. Misalnya: Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah. 14. Tanda koma dapat dipakai─untuk menghindari salah baca/salah pengertian─di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-nahasa di kawasan nusantara ini. Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih. Bandingkan dengan: Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam 29 pengembangan kosakata. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara. C. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Misalnya: Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya. Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesanganku. 2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Misalnya: Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini: (1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya; (3) berbadan sehat; (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi. D. Tanda Titik Dua (:) 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati. Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara Pembawa Acara : Bambang S. Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008 Waktu : 09.00—10.30 30 3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" 4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Yasin: 9 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa E. Tanda Hubung (-) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga cara baru …. Sebagaimana kata peribahasa, tak ada gading yang takretak. 2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur kelapa. Senjata ini merupakan sarana pertahanan yang canggih. 3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan 4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: 8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a 5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya: 31 ber-evolusi dua-puluh ribuan (20 x 1.000) tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial) Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok. Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluh-ribuan (1 x 20.000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai: a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b. ke- dengan angka, c. angka dengan -an, d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital, e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan f. gabungan kata yang merupakan kesatuan. Misalnya: se-Indonesia peringkat ke-2 tahun 1950-an hari-H sinar-X mem-PHK-kan ciptaan-Nya atas rahmat-Mu Bandara Sukarno-Hatta alat pandang-dengar 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash di-mark-up pen-tackle-an F. Tanda Pisah (─) 1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya: Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan. Keberhasilan itu─saya yakin─dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras. 2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan ini─evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom─telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia─amanat Sumpah Pemuda─harus terus ditingkatkan. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. 32 Misalnya: Tahun 1928─2008 Tanggal 5─10 April 2008 Jakarta─Bandung Catatan: (1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat. Misalnya: Kita memerlukan alat tulis─pena, pensil, dan kertas. (Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.) (2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. G. Tanda Tanya (?) 1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan? 2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. H. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya taman laut ini! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya! Merdeka! I. Tanda Elipsis (...) 1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan. Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan. 2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas. Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk 33 menandai akhir kalimat. (3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat .... J. Tanda Petik (" ") 1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. " Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. " "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!" 2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu. Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indoneia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Makalah "Pembetukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar. 3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai". Catatan: (1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: Kata dia, "Saya juga minta satu." Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?" (2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya. Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam". (3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. (4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. Misalnya: zaman bukan jaman asas " azas plaza " plasa jadwal " jadual bus " bis 34 K. Tanda Petik Tunggal (' ') 1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?" "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan. 2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. Misalnya: terpandai 'paling' pandai retina 'dinding mata sebelah dalam' mengambil langkah seribu ‘lari pontang-panting' tinggi hati ‘sombong, angkuh' 3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M) Misalnya: feed-back 'balikan' dress rehearsal 'geladi bersih' tadulako 'panglima' L. Tanda Kurung (( )) 1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi) Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya. Misalnya: Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan. 2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri. 3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya. 4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. 35 Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan. Catatan: Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. Misalnya: Kemarin kakak saya membeli 1) buku, 2) pensil, dan 3) tas sekolah. Dia senang dengan mata pelajaran a) fisika, b) biologi, dan c) kimia. M. Tanda Kurung Siku ([ ]) 1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Ia memberikan uang [kepada] anaknya. Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa. 2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini. N. Tanda Garis Miring (/) 1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya: No. 7/PK/2008 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2008/2009 2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. Misalnya: dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut' harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar' tindakan penipuan dan/atau 'tindakan penipuan penganiayaan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atau tindakan penganiayaan' Catatan: Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalanpenggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah. 36 O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (') Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Dia 'kan sudah kusurati. ('kan: bukan) Malam 'lah tiba. ('lah: telah) 1 Januari '08 ('08: 2008)

Jumat, 04 Oktober 2013

Menulis puisi baru

MENULIS PUISI
I. MODEL-MODEL PELATIHAN
a. TEKNIK AKROSTIK
b. TEKNIK FOTOGRAFI
c. TEKNIK MULTIPLIKASI
d. TEKNIK KAMUS
e. TEKNIK MABOK
f. TEKNIK TOMEL
g. TEKNIK MIMPI

Semua bertujuan untuk mengasah ketrampilan menulis puisi
a. Teknik akrostik (sandi asma)
Contoh puisi
Love
Lama sudah aku menantimu
Ombak laut menggulung rasa
Variasi hidup yang sejati
Erat mendekap dalam dada

b, TEKNIK FOTOGRAFI
Sebelum menulis melihat obyek nyata (asli, foto, lukisan, film)
Menenafsirkan, menulis
Contoh
KURSI
Kursi-kursi jadi rebutan
Bagai mie instan yang disebar
Di tengah orang-orang kelaparan
Duh, betapa rakusnya kekuasaan

c. TEKNIK MULTIPLIKASI
langit.......... berarak............. jiwa
luka......... meneteskan.............
...........cintaku ...........warna
merah ...............terbelah
di telapak .............malam.............

Menjadi ini
Langit HITAM berarak DALAM jiwa
luka  SUNYI meneteskan DARAH
SAMPAI cintaku  BERUBAH warna
merah DELIMA terbelah
di telapak TANGAN malam DURJANA
d. Teknik kamus
1. buka dan baca beberapa halaman kamus
2. gunakan kata-kata yang telah dibaca untuk membuat puisi

e. Teknik mabok
Asal menulis tanpa menghapus
Tanpa berpikir, langsung tulis yang ada di pikiran.

f. teknik tomel (waton ngomel)
Waton ngomel direkam
Ditransliterasi  ke dalam tulisan

g. Teknik Mimpi (BY)
1. sediakan alat tulis di tempat tidur.
2. bangun tidur, buatlah puisi yang diimpikan saat tidur.


II. PROSES KREATIF PENULISAN
Menunjuk pada kemungkinan menulis  puisi secara bebas sehingga hasil menulis puisi dapat didekati dari aspek teori, kriteria, dan konvensional puisi pada umumnya.

Pertama: Dengan menggambarkan obyek bagaimana mestinya.
Contoh
Di tengah keramaian Malioboro
Pengemis tua itu menadahkan tangan
Wajahnya pucat kebiruan
Tubuhnya kurus tak berdaya
Di balik kumal pakainya
Matanya merah penuh curiga
Pada setiap orang yang melintasinya

Kedua: Menuliskan obyek yang telah dipilih dengan mengubah secara
 Contoh perubahan lanjutan:
Di tengah keramaian Malioboro
Bagian dari Indonesia kita
Pengemis tua menadahkan tangan
Wajahnya pucat kebiruan
Tubuhnya kurus penuh luka
Bagai jutaan rakyat tak berdaya
Di balik kerakusan para penguasa

Ketiga: menghancurkan objek yang dipilih sehingga realitanya agak berbeda, perlu pendalaman/ pengalaman, dan pengimajian
Contoh perubahan lanjutan:
Di tengah peta Indonesiaku
Para pengemis tegak berdiri
Mengacungkan pisau belati
Bagai rakyat yang ditindih kekuasaan
Bergerak menuju istana
Menuntut keadilan bagi semesta
Kehidupan dan kemanusiaan
Keempat: melenyapkan objek dengan mengganti objek baru, berbeda denga obyek aslinya yanga pernah diamati.
Coba dibuat yaaa.
Selamat berpuisi

Minggu, 08 September 2013

XI.1.6.1 Menganalisis Pementasan Drama dan Mengekspresikan Perilaku dan Dialog Tokoh

Standar Kompetensi: Memerankan tokoh dalam pementasan drama

Kompetensi Dasar: 1. Menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan
                              2. mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis dan atau antagonis


A. Menganalisis Pementasan Drama

     Pada pembahasan sebelumnya kita sudah membicarakan tentang unsur intrinsik drama dan sedikit mengamati contoh pementasan drama serta mendiskusikannya.



Dalam mementaskan drama ada beberapa langkah-langkah yang dapat Anda ikuti, yaitu sebagai berikut:

1. Menyusun naskah atau memilih naskah drama yang sudah ada
2. Membedah naskah yang akan dipentaskan secara bersama-sama
3. Membaca keseluruhan naskah (readingi) untuk mengenal masing-masing peran
4. Melakukan pemilihan peran (casting) sesuai kemampuan pemain
5. Mendalami peran yang akan dimainkan, antara lain dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:

    a. Penjiwaan terhadap karakter tokoh yang dimainkan
    b. Ekspresi yang digunakan harus sesuai
    c. Gerak-gerik harus tepat
    d. Lafal harus jelas
    e. Intonasi tepat
    f. Memerhatikan volume suara

6. Sutradara mengatur teknik pentas (blocking) dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain
7. Menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pementasan (running)
8. Latihan terakhir sebelum pentas (gladi resik)
9. Pelaksanaan pementasan dengan didukung:

   a. Tata Rias

       Tata rias dapat membantu pemain untuk membuat perubahan wajah sesuai dengan karakter yang dimau.
       Misalnya mengubah pemain yang masih muda menjadi nenek-nenek.

   b. Kostum

       Pakaian atau kostum dapat mendukung pemain dalam memerankan karakter yang diinginkan.
       Contoh: Tokoh pengemis didukung dengan kostum compang-camping, lusuh, dan kotor.

   c. Tata Panggung
 
       Tata panggung atau dekorasi mendukung latar cerita yang ingin ditampilkan. Pada teknik tata panggung
        untuk mendukung latar/setting cerita biasanya juga ditopang dengan seni tata lampu (lighting)

   d. Tata Bunyi

       Tata bunyi biasanya membantu menggambarkan situasi yang terjadi dalam pementasan drama.
       Misalnya terdengar bunyi deburan ombak bearti suasananya sunyi dan sejuk di tepi pantai.



B. Mengekspresikan Perilaku dan Dialog Tokoh


                   Untuk dapat mengekspresikan watak tokoh yang diperankan, seorang aktor membutuhkan alat ekspresi. Selain dialog, alat ekspresi lain yang dapat digunakan adalah lafal, intonasi, nada/tekanan, dan mimik/gerak-gerik.

1. Lafal

    Lafal adalah cara pengucapan bunyi bahasa, baik yang berupa kata, kelompok kata, maupun kalimat.
    Melalui lafal pemain drama dapat menyampaikan pesan.
    Untuk itu pemain harus mampu menjaga pelafalannya



2. Intonasi
    Intonasi adalah musik kalimat, yaitu ketepatan penyajian tingi rendahnya suara nada.
    Intonasi membantu mengungkapkan ekspresi kejiwaan.
    Misalnya: Untuk ekspresi marah maka intonasi suara meninggi.
3. Nada/Tekanan
    Nada/tekanan adalah keras lemahnya pengucapan kata/kalimat.
    Penggunaan tekanan dimaksudkan untuk mementingkan bagian yang diberi tekanan.
    Cara penggunaan nada, adalah sebagai berikut:
    a. Tekanan keras diberikan pada bagian yang dipentingkan, yaitu dengan diucapkan lebih keras, 
        sekaligus lebih pelan.
    b. Tekanan lemah dipentingkan pada bagian yang tidak dipentingkan, yaitu dengan pengucapan biasa atau
        lebih lemah dan kecepatannya biasa.
4. Mimik/Gerak-gerik
    Mimik ada tiga macam, yaitu: mimik, pantomim, dan pantomimik. Mimik adalah gerak-gerik wajah atau raut muka, pantomim adalah gerak-gerik tubuh, sedangkan pantomimik adalah gabungan dari mimik dan pantomim. Ketiga hal tersebut mendukung atau menunjang efektivitas pengekspresian watak. 
TUGAS KELOMPOK
1. Rencanakan sebuah pementasan drama kelompok
2. Pilihlah salah satu naskah (lakon) drama
3. Pilihlah sutradara dan pemain untuk mementaskan drama tersebut
4. Berlatihlah mementaskan drama tersebut di luar kelas
5. Pentaskan drama di depan kelas di hadapan kelompok lain
6. Kelompok lain bertugas menganalisis teknik pementasan 
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN

Perhatikan dialog drama berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2!
Ida     : "Akhir-akhir ini banyak pekerja yang sakit, supaya tidak mengganggu kerja datanglah sore-sore."
Ny. Ardi: "Tetapi engkau sendiri tampak tak begitu sehat, jangan memaksakan diri."
Ida    : (Cepat) "Ah, akus ehat, tidak apa-apa, Bu!
1. Karakter Ny. Ardi dalam dialog di atas adalah ....
    a. angkuh
    b. egois
    c. baik dan bijaksana
    d. lemah
    e. lemah dan ramah
    Kunci: C
    Pembahasan: dari kutipan dialog di atas tamapk jelas bahwa watak Ny. Ardi baik dan bijaksana
2. Bagian yang ditulis dalam kurung dalam drama tersebut adalah ....
    a. petunjuk lain
    b. prolog
    c. epilog
    d. monolog
    e. dialog
    Kunci: A
    Pembahasan: pesan yang ditulis dalam kurung pada naskah drama adalah petunjuk untuk pemeran drama tentang hala apa yang harus dia lakukan dalam adegan tersebut.

Senin, 29 Juli 2013

Debat

Pedoman Debat Model PARLEMEN AUSTRALIA

BAB I

FORMAT DEBAT PARLEMEN AUSTRALIA

1. Tujuan Debat
  1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi bahasa Inggris
  2. Memperbaiki kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat, pandangan dan persepsi mereka terhadap berbagai hal
    • Mengarahkan siswa agar menjadi lebih kritis,  berpikir analitis dan konstruktif
    • Mengarahkan siswa agar mampu bertindak sportif
2.  Gambaran Umum
Format debat ini diadopsi dari format debat yang ada di parlemen Australia. Berikut abstraksinya :
  1. Pihak pertama (Tim Afirmatif) mengajukan sebuah usulan kepada parlemen
  2. Pihak oposisi (Tim Negatif) menyanggah usulan tersebut
  3. Masing-masing pihak berusaha meyakinkan Parlemen (Adjudicator) bahwa usulannya yang patut diterima
  4. Masing-masing pihak mendapat alokasi waktu yang setara untuk mengemukakan pandangannya secara bergantian
  5. Parlemen (Adjudicartor) melakukan pengambilan suara (voting) untuk memeutuskan usuan mana yang diterim
3.  Pelaku
  1. Debat dipimpin oleh seorang ketua sidang (Chairperson)
  2. Tim Afirmatif beranggotakan 3 orang
  3. Tim Negatif beranggotakan 3 orang
  4. Ketua sidang didampingi oleh seorang pencatat waktu (Time Keeper)
  5. Tim juri (Adjudicator) dengan jumlah minimal 3 orang dan harus ganjil
4.  Skema Format Debat Australia





KeteranganKS      : Ketua Sidang (Chairperson) PW     : Pencatat Waktu (Time Keeper)
Tim Affirmatif
A1      : Pembicara Pertama (First Speaker)
A2      : Pembicara Kedua (Second Speaker)
A3      : Pembicara Ketiga (Third Speaker)
Tim Negatif
N1      : Pembicara Pertama (First Speaker)
N1      : Pembicara Pertama (Second Speaker)
N1      : Pembicara Pertama (Third Speaker)
J1, J2, J3, dst     : Tim Juri (Adjudicator)

5.  Tugas masing-Masing Tim
A. Tim Afirmatif (dikenal sebagai pihak pemerintah)
  1. Mendifinisikan topik (motion) yang diajukan
  2. Memberikan argumentasi yang mendukung
B. Tim negatif (dikenal sebagai pihak oposisi)
  1. Menyanggah topik (motion) yang didefinisikan oleh Tim Afirmatif
  2. Membangun kasus yang melawan argumentasi Tim Afirmatif
  3. Bila Tim Negatif memandang bahwa definisi yang diajukan oleh Tim Afirmatif tidak sah, Tim Negatif dapat mengajukan keberatan dan mengajukan definisi baru. Namun dalam hal ini tidak dapat dilakukan semata-mata karena Tim Negatif berpandangan bahwa definisinya sendiri yang lebih hebat.
C. Ketua Sidang (Chairperson)
1.  Membuka debat
2.  Memperkenalkan masing-masing pembicara dari kedua Tim
3.  Mengumpulkan dan memeriksa keabsahan penilaian Tim Juri ( Adjudicator)
4. Menghitung suara anggota Tim Juri ( Adjudicator) dan menyimpulkan pemenangnya
5.   Mempersilahkan Tim Juri ( Adjudicator)       mengadakan penjurian oral (oral adjudication)
6.  Mengumumkan pemenang
7.  Menutup
D. Pencatat Waktu (Time Keeper)
1.  Mengamati waktu yang diberikan untuk masing-masing pembicara
2. Memberikan isyarat ketukan satu kali pada dua menit sebelum waktu seorang pembicara habis
3.  Memberikan ketukan dua kali setelah waktu bicara habis
4.  Memberikan ketukan lebih dari tiga kali (continous knock) setelah dua detik dari waktu bicara habis bila pembicara masih
meneruskan pidatonya
5.  Mencatat dan mengumumkan waktu yang dihabiskan pembicara kepada pemirsa.
6. URUTAN BERBICARA
Pidato Utama
(Substantial Speech)
Pembicara Pertama Tim Afirmatif (A1)
Pembicara Pertama Tim Negatif (N1)
Pembicara Pertama Tim Afirmatif (A2)
Pembicara Pertama Tim Negatif (N2)
Pembicara Pertama Tim Afirmatif (A3)
Pembicara Pertama Tim Negatif (N3)
5 menit
Pidato Balasan
Balasan Tim Negatif
Balasan Tim Afirmatif
3 menit

BAB II

PERIHAL ISI DEBAT

1.  Motion (Topik)
Motion adalah sebuah pernyataan usulan yang akan diperdebatkan. Tim Afirmatif akan memberikan argumentasi untuk
mempertahankan usulan/motion tersebut. Sebaliknya, Tim Negatif harus memberikan argumentasi untuk menolak
usulan tersebut.
2.  Definisi
Tim Afirmatif harus mendefinisikan motion yang diajukan dengan :
  • Memberikan gambaran yag jelas dan lugas mengenai motion yang dibicarakan
  • Membatasi lingkup pembicaraan dengan menetapkan batas yang jelas
Hal ini untuk mencegah perdebatan yang tidak jelas karena adanya perbedaan persepsi pada kedua belah pihak mengenai topik yang dibicarakan.
Beberapa contoh penyusunan definisi :
Motion     : Bahwa sesuatu yang pernah naik harus pula turun
  1. Tim Afirmatif memiliki berbagai kemungkinan mendifinisikan motion tersebut, karena motion yang diajukan tersebut bersifat abstrak.
  2. Tim Afirmatif bisa  saja mendefinisikan ‘sesuatu’ sebagai presiden Republik Indonesia
  3. Dengan demikian motion itu mengandung inti bahwa siapa saja yang ‘naik’ (menerima kekuasaan) sebagai presiden RI suatu waktu harus ‘turun’ (menyerahkan kembali kekuasaannya).
  4. Oleh karena itu jabatan yang diajukan adalah : ‘Bahwa jabatan kepresidenan RI harus dibatasi sebanyak 2 periode’.
  5. Tim Afirmatif kemudian harus mengajukan argumentasi mengenai kerusakan yang terjadi bila masa kepresidenan tidak dibatasi serta memberikan bukti-bukti pendukung, misalnya : kontrol pada semua bidang selama pemerintahan rezim yang lalu, dll.
Contoh diatas menunjukkan bahwa pada umumnya permasalahan yang diperdebatkan tidak diketahui hingga Tim Afirmatif menyajikan definisinya.
Panduan dalam menyusun definisi :
  1. Harus dapat diperdebatkan (misalnya : memiliki dua sisi yang bertentangan).
  2. Tidak boleh menyimpang dari topik yang diajukan.
Definisi yang harus diperdebatkan oleh Tim Negatif :
a. Definisi Truistik
Terjadi bila tim mendefinisikan sebuah motion secara harfiah dan hakiki sehingga tidak dapat diperdebatkan
b.  Definisi Tautologis (Berputar)
Terjadi bila disusun sedemikian rupa sehingga tidak mungkin secara logis dapat ditegaskan.
c. Squirelling
Terjadi bila definisi tidak sesuai dengan motion atau tidak memiliki kaitan yang logis dengan motion.
3.  Pembatasan Ruang dan Waktu
Pokok permasalahan yang diperdebatkan tidak dapat dibatasi pada periode, waktu dan tempat tertentu.
4.  Catatan mengenai tantangan terhadap suatu definisi
a.  Menantang catatan yang diberikan Tim Afirmatif hanya dapat dilakukan bila anda merasa pasti bahwa definisi tersebut
tidak fair.
b.  Lebih baik Tim Negatif meninggalkan kasus yang sudah dipersiapkan dan menghadapi Tim Afirmatif berdasarkan definisi yang
mereka buat daripada menantang mereka tanpa dasar dan alasan yang kuat.
5.  Themeline (Benang Merah Argumentasi)
Themeline adalah pikiran utama yang mengaitkan pembicara pertama, kedua, dan ketiga sehingga terdapat konsistensi
Sebuah tim harus memiliki benang merah argumentasi yang merupakan alur pikir logis mengenai motion yang diperdebatkan.
Benang merah argumentasi menunjukkan mengapa usulan/pandangan tim tersebut benar dan logis.
6. Argumentasi
Argumentasi adalah proses menjelaskan mengapa sudut pandang tim tersebut harus diterima. Argumentasi bukan opini, karenanya harus didukung oleh bukti-bukti (contoh :  fakta, statistik, kutipan pakar, pandangan masyarakaty, dll) yang relevan.
Argumentasi yang baik :
  1. Relevan
  2. Tersusun dengan baik
  3. Konsisten dan logis secara internal (Argumen seorang pembicara tidak boleh kontradiktif dengan argumen pembicara lainnya)
  4. Jelas, karena sebuah tim pada dasarnya sedang berusaha untuk meyakinkan orang lain bahwa argumentasinya benar.
  5. Menggunakan bukti-bukti secara efektif.
Berikut ini panduan untuk menyusun argumentasi yang baik :
  1. sedapat mungkin berikan konfirmasi mengenai fakta yang disampaikan
  2. Bahas permasalahan dari semua sudut pandang
  3. Argumentasi dari penguasa bobotnya tidak besar karena penguasa sering membuat kesalahan.
  4. Persiapkan lebih dari satu kasus. Dalam menyusun definisi, pikirkan berbagai cara pe definisian. Kemudian bangun argumentasi yang dapat digunakan untuk menyanggah kasus tersebut satu persatu.
  5. Jangan terpaku pada satu kasus karena itu adalah hasil pemikiran anda pribadi.
  6. Kuantifikasi.  Argumentasi menjadi lebih kuat bila dilengkapi dengan data kuantitatif.
7.  Rebutal (Sanggahan)
Menyanggah adalah proses untuk membuktikan bahwa bobot argumentasi tim lawan lebih rendah daripada yang mereka katakan. Termasuk didalamnya :
  1. Menunjukkan bahwa argumen lawan didasarkan pada fakta yang salah, atau interpretasi yang salah mengenai suatu fakta.
  2. Menunjukkan bahwa argumen lawan tidak relevan dengan upaya pembuktian motion.
  3. Menunjukkan bahwa argumen lawan tidak logis.
  4. Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun implikasinya tidak dapat diterima.
  5. Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun bobotnya tidak terlalu besar.
Seperti argumen sanggahan juga bukan opini semata. Seperti keharusan tim harus menjelaskan mengapa dan bagaimana keabsahan argumennya, mereka juga harus menunjukkan bagaimana dan mengapa argumen lawan dipandang tidak sah.
Berikut ini beberapa panduan menyusun rebutal (sanggahan) :
  1. Sebuah argumen lawan dapat saja salah karena fakta dan logikanya. Carilah penjelasannya, bagaimana itu terjadi dan mengapa itu terjadi.
  2. Sebuah argumen dapat pula kontradiktif dengan argumen pembicara lain dari tim tersebut, atau merupakan pengulangan dari pembicara lain. Maka tunjukkan hal tersebut. Kemampuan anda dalam mencermati pembicaraan tim lawan, dan kemampuan anda untuk mendengarkan sangat berperan.
  3. Sebuah argumen bisa saja benar tetapi tidak relevan. Cermatilah pembicaraan tim lawan. Sekiranya hal itu tidak ada relevansinya menurut pandangan anda tunjukkan apanya yang tidak relevan dengan apa dan mengapa, serta bagaimana bisa tidak relevan.

BAB III

PEMBAGIAN KERJA TIM

Debat adalah kerja tim, oleh karena itu seharusnya ada pembagian kerja yang jelas antara ketiga pembicara. Sehingga argumen-argumen yang diajukan penyampaiannya dibagi kepada ketiga pembicara atau dengan pengertian lain, pembagian tugas adalah pendistribusian argumen kepada masing-masing pembicara.
1.  Pidato utama
1. Pembicara Pertama
A1.     Pembicara Pertama Tim Afirmative
  • Mendefinisikan motion
  • Menyampaikan benang merah argumentasi Tim Afirmatif
  • Memaparkan pembagian kerja tim
  • Menyampaikan argumen pertama
  • Menyampaikan ringkasan dari pidatonya
N1.     Pembicara Pertama Tim Negatif
  • Menanggapi definisi yang disampaikan Tim Afirmatif (Menerima atau menentang)
  • Menyanggah A1
  • Menyampaikan benang merah argumentasi Tim Negatif
  • Memaparkan pembagian kerja Tim Negatif
  • Menyampaikan argumen utama
  • Menyampaikan ringkasan dari pidatonya
2.  Pembicara kedua
Pembicara kedua berperan menyajikan argumen pokok untuk memenangkan debat
A2.     Pembicara Kedua Tim Afirmatif
¨   Menyanggah argumen utama N1
¨   Mempertahan kan definisi bila N1 menentang definisi tersebut
¨   Secara selintas menegaskan kembali argumen utama tim Afirmatif
¨   Menyampaikan argumen. Sebagian besar waktu A2 digunakan untuk mengemukakan argumen dan materi baru; tidak sekedar mengulang argumen A1 (pembicara pertama). A2 bertugas menyajikan pokok-pokok argumen Tim Afirmatif.
¨   Menyampaikan ringkasan dari pidatonya
N2.     Pembicara Kedua Tim Negatif
¨   Menyanggah argumen A1 dan A2
¨   Secara selintas menegaskan kembali argumen utama Tim Negatif, mengemukakan argumen dan materi baru/tidak sekedar mengulang argumen N1 (pembicara pertama Tim Negatif. N2 bertugas untuk menyajikan pokok-pokok argumen Tim Negatif.
¨   Menyampaikan ringkasan dari pidatonya.
3.  Pembicara Ketiga
Tugas utama pembicara ketiga adalah menyanggah lawan
A3.     Pembicara Ketiga Tim Afirmatif
¨   Menanggapi dan menyanggah argumen N1 dan N2 terutama mengenai hal-hal yang belum semput ditanggapi oleh A2 dan A2
¨   Mempertegas sanggahan yang disampaikan oleh A2
¨   Menegaskan kembali argumentasi Tim Afirmatif yang telah disampaikan oleh A1 dan A2 dengan mengulas secara selintas benang merah dan argumen kedua pembicara terdahulu.
¨   Meringkas pokok-pokok permasalahan yang diperdebatkan.
N3.     Pembicara Ketiga Tim Negatif
¨   Menyanggah argumentasi ketiga pembicara Tim Afirmatif
¨   Menegaskan kembali argumentasi Tim Negatif dengan mengulas secara selintas benang merah dan argumen kedua pembicara terdahulu
¨   Meringkas pokok-pokok permasalahan yang diperdebatkan.
¨   Tidak boleh menyajikan pokok permasalahan.
B. Reply (pidato Balasan)
Pidato balasan merupakan pidato penutupan masing-masing tim yang memberikan ulasan mengenai keseluruhan debat.
Berikut ini panduan untuk menyusun pidato balasan :
  1. Menegaskan pokok-pokok utama argumen tim.
  2. menunjukkan kaitan logis dari argumen tersebut menuju pembuktian benang merah
tim.
  1. Menunjukkan secara lugas kekurangan dari argumentasi tim lawan. Hal ini dapat
dilakukan secara umum maupun secara rinci.
  1. Pembicara tidak boleh menyajikan pokok permasalahan baru, dan tidak boleh juga melakukan penyanggahan terhadap pokok-pokok yang disampaikan dalam pidato.
C.  Pembagian Tugas
Walaupun setiap pembicara harus membuktikan motion, pembagian tugas tidak dapat didasarkan atas premis. Contohnya    premis satu untuk pembicara pertama, dan premis dua untuk pembicara kedua. Hal ini mengakibatkan kasusnya tidak jelas (hung case). Hung case adalah suatu keadaan dimana seorang pembicara tidak dapat membuktikan motionnya sendiri tetapi membutuhkan pembicara lain untuk akhirnya membuktikan motion tersebut.
Cara yang bisa diambil untuk membagi tugas adalah dengan membaginya kedalam beberapa aspek. Misalnya: ekonomi, sosial, politik, budaya, dan sebagainya. Atau dapat juga digunakan pembagian masa lalu dan masa sekarang. Filosofi dan praktek, keuntungan dan kerugian dan sebagainya.
Karena pembicara pertama harus menjelaskan definisi, dasar argumentasi dan pembagian antara pembicara pertama dan kedua tidak perlu seimbang, tetapi lebih baik untuk lebih ditekankan pada saat pembicara kedua tampil.
Pembicara ketiga dari Tim Oposisi tidak diperbolehkan untuk memberikan argumen baru. Pembicara ketiga dalam posisi seperti hanya diperbolehkan membawa contoh-contoh baru.

BAB IV

TEKNIK MERUMUSKAN SEBUAH KASUS


1.  Teknik merumuskan kasus
Perumusan kasus adalah proses mempersiapkan sebuah kasus untuk diperdebatkan. Kasus adalah kumpulan argumentasi, logika, fakta-fakta, contoh-contoh, dan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk membuktikan suatu hal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan sebuah kasus :
  1. Mendifinisikan suatu motion.
  2. Mempersiapkan landasan argumen.
  3. Memberi tugas kepada tiap pembicara mengenai argumen yang akan mereka bawakan dan sekaligus untuk membuktikan suatu motion dalam debat.
  4. Menemukan dan menganalisa argumen, fakta, contoh-contoh, dan lain-lain. Baik untuk mendukung kasus timnya ataupun untuk menyanggah kasus lawan.
  5. Mempersiapkan pidato individu.

Senin, 27 Mei 2013

HIKMAH



HIKMAH
Dalam suatu pesantren ada seorang santri yang cukup cerdas. Ia sering bertanya yang santri lain tidak menduganya. “Kyai apakah syetan dcipta dari api?”
“Ya betul.”
“Apakah syetan akan dimasukkan ke dalam neraka?”
“Ya betul.”
“Apakah siksa dalam neraka juga dengan  pembakar api?”
“Ya betul.”
“Jika demikian syetan tidak merasa panas di dalam neraka.”
“Maju kemari Nak. Coba julurkan tanganmu.” Santri itupun segera maju dan menjulurkan tangan kanannya yan berotot.  Dia asisten pelatih beladiri di pondok . “Plak!”
“Aduh! Sakit Kyai!
“Itulah syetan dalam neraka. Apabila tangan engkau yang terdiri atas kulit dan daging sakit oleh tamparan tanganku yang terdiri juga atas kulit dan daging, jadi syetan juga merasa panas oleh api neraka meskipun tubuhnya dari api.”