Membaca
7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca
puisi dan cerpen
|
7.1 Membacakan
puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi
yang tepat
|
- Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
- Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
- Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Hal-Hal Yang Harus di Perhatikan dalam Membaca Puisi
Membacakan
puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu, pembaca harus
memperhatikan empat hal, yaitu lafal, tekanan, intonasi dan jeda.
a. Lafal
Lafal
adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat
bahasa saat mengucapkan bunyi bahasa. Adapun yang di maksud dengan bunyi
bahasa, antara lain, [a], [c], f], [h], [u], dan sebagainya. Pelafalan
seseorang dalam bahasa dalam berbahasa sering kali berbeda dengan orang
lainnya. Berdasarkan pelafalannya itu, Anda dapat mengetahui asal daerah
seseorang karena memang beberapa kelompok masyarakat memiliki berbagai
macam pelafalan yang berbeda. Misalnya, orang Aceh dalam melafalkan
bunyi [e], berbeda dengan yang diucapakan oleh orang Sunda.
Meskipun,
demikian dalam pelafalan suatu bunyi bahasa haruslah jelas. Bunyi-bunyi
itu tidak boleh tertukar dengan bunyi-bunyi bahasa lain. Misalnya,
bunyi [p] dengan [b], [k], dengan [h], atau [o] dengan [u]. Untuk
melatih ketepatan dalam melafalkan bunyi bahasa, Anda harus melakukan
olah vokal, misalnya mengucapkan bunyi-bunyi vokal atau konsonan secara
cepat dan bervariasi.
b. Tekanan
Tekanan
(nada) adalah keras-lunaknya pengucapan suatu kata. Tekanan berfungsi
untuk memberi tekanan khusus pada kata-kata tertentu. Tinggi rendahnya
tekanan dapat membedakan bagian kalimat yang satu dengan bagian lainnya
yang tidak penting.
Contoh:
1.) Pada bulan Juni banyak terjadi hujan (bukan sedikit dan bukan jarang).
2.) Pada bulan Juni banyak terjadi hujan ( bukan longsor ataupun peristiwa).
Perhatikanlah bait puisi tersebut.
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakan rintik rindunya
Kepada pohon berbunga
Untuk menentukan kata yang perlu mendapat penekanan dalam bait puisi di atas, terlebih dahulu Anda perlu memahami maksud baitnya secara keseluruhan.
Misalnya, kata yang perlu mendapat tekanan keras adalah tak ada, bulan juni, rintik, dan pohon. Dengan demikian, Anda perlu menggaris bawahi kata-kata itu sehingga Anda dapat membedakannya ketika puisi itu dibacakan.
Contoh:
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
c. Intonasi
Intonasi
adalah naik-turunnya lagu kalimat. Perbedaan itonasi dapat menghasilkan
jenis kalimat yang berbeda, yakni kalimat berita, kalimat tanya,
kalimat perintah, kalimat seru.
Penggunaan
intonasi dalam puisi sangat penting agar pembacaannya tidak monoton
sehingga pendengar pun lebih tertarik. Intonasi juga berguna dalam
memperjelas dan membedakan maksud / pesan dari tiap larik. Untuk itu,
sebelum Anda membacakannya, Anda perlu menandai, misalnya dengan garis
yang menanjak atau menurun. Dengan cara demikian, Anda akan mudah dalam
membedakan intonasi dari setiap larik ketika puisi itu anda bacakan.
d. Jeda
Jeda
adalah hentian arus ujaran dalam pembacaan puisi yang ditentukan oleh
peralihan larik. Jeda berpengaruh pada jelas-tidaknya maksud suatu kata
atau larik. Dalam penggunannya, jeda dikelompokkan ke dalam tiga jenis:
jeda pendek, jeda sedang, jeda panjang. Jeda pendek digunakan antarkata dalam suatu larik. Jeda sedang digunakan pada bagian-bagian larik yang bertanda koma atau antarfrase, sedangkan jeda panjang digunakan pada pergantian larik.
Contoh:
Tak ada/ yang lebih arif//
Dari hujan/ bulan juni//
Dibiarkannya/ yang tak terucapkan//
Diserap/ akar pohon/ bunga itu//
Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
Ada
beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya
adalah pendapat I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang
membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry).
Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
1. Sense (tema,arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan yang dikemukakan oleh pengarang.
Contoh: lingkungan, pendidikan dll.
2. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya.
Contoh: penyair tidak setuju pada tindakan seseorang yang memanfaatkan sesuatu yang dimiliki untuk tujuan-tujuan negatif.
3. Tone (nada)
Tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya.
Contoh: cenderung datar, tidak nampak luapan emosi penyairnya.
4. Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut.
Contoh: untuk merubah sikap manusia menjadi baik dan bijaksana.
Sarana-sarana Puisi
1. Diction (diksi)
Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin.
2. Imageri (imaji, daya bayang)
imageri
adalah kemampuan kata-kata yng di pakai pengarang dalam mengantarkan
pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan penyair.
3. The Concrete Word (kata-kata kongkret)
the conkrete word adalah
kata-kata yang jika dilihat secara denotative sama tetapi secara
konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi
pemakainya.
4. Figurative language (gaya bahasa)
adalah
cara yang di pergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan
menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan,
pelambangan dan sebagainya.
5. Rhythm dan rima (irama dan sajak)
irama adalah pergantian turun naik, keras lembunya ucapan bunyi bahasa dengan teratur.
Rima adalah persamaan bunyi dalam puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar