Analisis
puisi “Sajak Putih” karya Chairil Anwar
berdasarkan teori stilistika.
SAJAK
PUTIH
Oleh:
Chairil Anwar
Bersandar
pada tari warna pelangi
Kau
depanku bertudung sutra senja
Di
hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum
rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi
menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak
muka air kolam jiwa
Dan
dalam dadaku memerdu lagu
Menarik
menari seluruh aku
Hidup
dari hidupku, pintu terbuka
Selama
matamu bagiku menengadah
Selama
kau darah mengalir dari luka
Antara
kita Mati datang tidak membelah.........
A.
Struktur fisik puisi
1.
Diksi
(diction)
Kata-kata
dalam puisi “Sajak Putih” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara
seksama dan menyeluruh, seperti pada baris ke tiga “Di hitam matamu kembang
mawar dan melati”, Mawar dan melati mengandung majas metafora yang berarti
lain, sesuatu yang indah atau cinta yang murni dan menggairahkan seperti
keindahan bunga mawar (yang merah) dan melati (putih) yang mekar. Dengan
demikian penggunaan kata metafora dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian.
Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk membandingkan sesuatu. Sesuatu
itulah yang dinamakan makna metafora.
2.
Citraan
Citraan
dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi
pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan
kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan,
pikiran, perasaan, ide, dan setiap pengalaman indera istimewa. Citraan dibuat
dengan pemilihan kata (diksi) Dalam puisi “Sajak Putih” penyair memanfaatkan
citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan tidak langsung.
Seperti citraan visual (penglihatan) terlihat pada baris kedua dan kedelapan
yaitu “Kau depanku dan menarik menari”.
Citraan indera (pencium), terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu”.
Citraan indera (pendengaran) terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyayi”.
Jadi kesimpulanya dari “Sajak Putih”
adalah memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan
apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati
makna puisi. Puisi “Sajak Putih” memanfaatkan citraan penglihatan, penciuman,
dan citraan pendengaran
3.
Kata-kata
konkret
Pada
puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat
membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata
konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dari penyair
maupun dari pembaca. Kata-kata konkret tersebut bertujuan untuk menggambarkan
unsur-unsur puisi secara tepat agar pembaca dapat merasakan keadaan yang
dirasakan penyair.
4.
Bahasa
figurativ (figuratie language)
Dalam
puisi “sajak puitih” karya chairil anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu
pada baris ketiga, yaitu “dihitam matamu kembang mawar dan melati”, merupakan
majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Selain itu
pula muncul majas repetisi pada baris kesembilan, yaitu terjadi pengulangan
kata, “Hidup dari hidupku”.
5.
Rima
dan ritma (rime and rhytme )
Puisi
“Sajak Putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan
/u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9,
10, 11, dan 12. Misalnya asonansi vokal (a), terletak pada baris kedua yaitu
Kau depanku bertudung sutra senja, dan pada baris keempat yaitu Harum rambutmu
mengalun bergelut senja. Asonansi vokal (i) terletak pada baris pertama yaitu
Bersandar pada tali warna pelangi dan pada baris ketiga yaitu Dihitam matamu
kembang mawar dan melati. Dari asonansi vokal diatas dapat disimpulkan bahwa
puisi ini mempunyai irama yang tepat dan beraturan yakni irama vokal i i a a,
Sehingga dengan variasi dan irama pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama
yang menciptakan sebuah irama yang indah.
B. Struktur Batin Puisi
1.
Tema
(sense)
Merupakan
hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Dalam puisi Sajak Putih menceritakan
seorang gadis yang sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan
memikat terhadap seorang pria yang membuat pria tersebut merasa terharu dan
tertarik terhadapnya. Tetapi kedua insan tersebut belum ada kesiapan untuk
saling menyatakan perasaannya masing-masing, mereka hanya diam tanpa ada
sepatah kata yang diucapakn, mereka hanya berbicara didalam hatinya masing
–masing, tetapi si pria tersebut mempunyai banyak harapan bahwa gadis tersebut
mencintainya. Kedua insan tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun mereka tak
akan terpisahkan.
2.
Perasaan
(felling)
Perasaan
yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa bahagia karena kedua insan yang
tadinya tidak mempunyai keberanian untuk saling menyatakan perasannya, tetapi
pada akhirnya mereka mempunyai keberanian untuk saling menyatakaan perasaannya.
Karena cinta yang dimiliki oleh kedua insan tersebut sangat tulus dan suci.
3.
Nada
(tone)
Nada
yang ditunjukan dalam puisi Sajak Putih ini adalah kegembiraan dan kebahagiaan.
Nada gembira dan bahagia ini muncul karena, rasa gembira seorang pria yang
memiliki seorang gadis yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan suci
terhadapnya yang terlihat pada kata tali warna pelangi, sutra senja, menarik
menari. Maka munculah benih-benih cinta diantara mereka.
4.
Amanat
(intention)
Dalam
puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair adalah bahwa jika kita mencintai
seseorang harus berani untuk menyatakaan perasaan kita masing-masing, menerima
segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita, dan berusahalah untuk selalu
mencitai, dan selalu ada disisinya sampai hembusan nafas terakhir.
terima kasih , sangat membantu sekali
BalasHapus