Menulis Daftar Pustaka yang Benar
Menulis itu berbeda dengan mengarang. Menulis adalah kegiatan kebahasaan produktif yang merangkaikan beragam tulisan, baik bersumber dari tulisan orang lain maupun pemikiran penulis. Mengarang dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengeluarkan pikiran imajinatif menjadi bentuk karangan. Berdasarkan definisi itu, tentu akan ditemukan perbedaan yang mencolok, bahwa menulis sering terinspirasi oleh tulisan sebelumnya. Jadi, penulis menjadikan tulisan orang lain sebagai sumber pengetahuan dasar untuk menulis bukunya. Buku baru yang ditulisnya dapat memperkuat buku sebelumnya, melengkapi, dan atau menolak. Maka dari itu, pada bagian akhir sebuah buku, penulis wajib mencantumkan daftar pustaka. Ini tidak dilakukan oleh pengarang. Apakah Anda pernah melihat daftar pustaka pada bagian akhir sebuah novel?
Berkenaan dengan itu,
Penulisan
buku dapat bersumberkan dari beragam jenis tulisan. Oleh karena itu,
teknik penulisan pun berbeda-beda. Inspirasi penulisan buku dapat
bersumber dari tulisan buku milik orang lain, penelitian, artikel (baik
media cetak maupun elektronik/ internet). Karena sumbernya berbeda-beda,
teknik penulisannya pun berbeda-beda.
Penulisan Daftar Pustaka dari Buku
Buku
adalah sumber utama penulisan buku lainnya. Buku sering digunakan
sebagai rujukan penulisan bagi penulis yang berbeda. Ini diperkenankan
karena ilmu memang berkembang dan berubah-ubah. Ilmu berkembang untuk
menuju penyempurnaan teori atau konsep. Jika sumber tulisan dari buku,
penulisan daftar pustaka diurutkan sebagai berikut.
Nama
penulis[tanpa dibalik-titik] spasi tahun terbit[titik] spasi judul
buku[cetak miring-titik] spasi kota penerbit[titik dua] nama penerbit.
Contoh:
Johan Wahyudi. 2010. Menjadi Cerpenis. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Jika
seorang penulis menggunakan dua atau lebih buku dari penulis yang sama,
daftar pustaka ditulis dengan mengurutkan tahun lama ke tahun yang
lebih muda. Di bawah nama penulis diberi garis panjang tanpa putus
sebanyak 10 spasi. Jika satu baris tidak mencukupi, baris berikutnya
dibuat menggantung atau hanging.
Contoh:
Johan Wahyudi. 2009. Menjadi Cerpenis. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
___________.. 2010. Terampil Menulis Surat. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Jika sebuah buku ditulis dua orang, keduanya ditulis lengkap.
Contoh:
Johan Wahyudi dan Ilham Ahmad Husaini. 2009. Panduan Menjadi Juara. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Jika
sebuah buku ditulis tiga orang atau lebih, hanya penulis utama yang
ditulis dengan diikuti dkk (dan kawan-kawan). Penulis utama adalah
penulis yang letak namanya berada di kiri atau atas susunan penulis.
Contoh:
Johan Wahyudi, Ilham Ahmad Husaini, dan Muhammad Zuhdi Alghifari. 2009. Panduan Menjadi Juara. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. (salah).
Johan Wahyudi, dkk. 2009. Panduan Menjadi Juara. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. (benar).
Nama asing dibalik karena nama asing meletakkan nama diri di belakang nama keluarga atau nama marga.
Contoh:
Noam Chomsky. 1997. Introducing of Linguistic. British: Universal Oxford Press Ltd. (salah).
Chomsky, Noam. 1997. Introducing of Linguistic. British: Universal Oxford Press Ltd. (benar).
Penulisan Daftar Pustaka dari Penelitian
Penulisan
daftar pustaka yang bersumberkan hasil penelitian atau jurnal tidak
mempunyai banyak perbedaan dengan penulisan daftar pustaka yang
bersumber dari buku. Perbedaannya hanya meletakkan jenis penelitian
dengan diapit tanda kurung.
Contoh:
Johan Wahyudi. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Penerapan Metode Inkuiri (Tesis). Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Jika bersumber dari jurnal penelitian, daftar pustaka ditulis sebagai berikut.
Johan Wahyudi. 2009. Meningkatkan Kemampuan Menulis Petunjuk dengan Pemanfaatan Lingkungan Sekolah. (Jurnal Bahasa dan Sastra Nomor 05 Volume 1 Tahun III). Samarinda: Balai Bahasa Kalimantan Timur.
Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel
Kita
sering membaca banyak artikel, baik di media cetak maupun internet.
Dari artikel tersebut, kita sering terinspirasi untuk menjadikannya
sebagai sumber penulisan buku. Seorang penulis buku harus bersikap
jujur. Artinya, penulis buku harus menuliskan sumber tersebut ke dalam
daftar pustakanya. Penulisan artikel ke dalam daftar pustaka menggunakan
urutan sebagai berikut.
Nama
penulis[tanpa dibalik-titik] spasi tahun terbit[titik] spasi judul
artikel [cetak miring-titik] spasi dalam [nama media cetak lengkap
dengan tanggal, bulan dan tahunnya-titik].
Contoh:
Johan Wahyudi. 2010. Ayo Menulis Buku dalam Majalah Guruku Edisi Juni 2010.
Jika bersumber dari internet, daftar pustaka ditulis dengan urutan sebagai berikut.
Nama
penulis[tanpa dibalik-titik] spasi tahun terbit[titik] spasi judul
artikel [cetak miring-titik] spasi dalam [nama media cetak lengkap
dengan tanggal, bulan, tahun, dan waktu mengunduhnya-titik].
Contoh:
Johan Wahyudi. 2010. Jika Naskah Buku Ditolak Penerbit dalam http://media.kompasiana.com/buku/2011/01/20/jika-naskah-buku-ditolak-penerbit/ diunduh pada Sabtu, 22 Januari 2011 jam 08.12.
Begitulah
pedoman penulisan daftar pustaka yang digunakan penerbit dan kampusku.
Mungkin saja ditemukan perbedaan dalam pengurutan daftar pustaka. Ada
juga penerbit atau lembaga yang membalik nama penulis. Menurutku, orang
Indonesia meletakkan nama diri pada namanya. Itu teramat berbeda dengan
orang asing yang meletakkan nama diri di belakang nama keluarga. Memang
ada beberapa daerah yang mempunyai hokum kekerabatan dengan menuliskan
marganya. Namun, nama marga ternyata ditulis di belakang nama diri.
Jadi, itu tidak berpengaruh dalam penulisan daftar pustaka. Kita perlu
menyepakati satu hal: menghormati dan menghargai penulis yang tulisannya digunakan orang lain. Penulis harus menghormati jika ingin dihormati. Dan itu harus dimiliki penulis buku sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar