Analisis Puisi
“Permintaan” Karya Muhammad Yamin
Permintaan
Muhammad
Yamin
Mendengarkan
ombak pada hampirku
Debar-mendebar
kiri dan kanan
Melagukan
nyanyi penuh santunan
Terbitlah
rindu ke tempat lahirku
Sebelah
timur pada pinggirku
Diliputi
langit berawan-awan
Kelihatan
pulau penuh keheranan
Itulah
gerangan tanah airku
Di
mana laut debur-mendebur
Serta
mendesir tiba di pasir
Di
sanalah jiwaku, mula tertabur
Di
mana ombak sembur-menyembur
Membasahi
Barisan sebelah pesisir
Di
sanalah hendaknya, aku berkubur.
Juni
1921
- A. Pendekatan Objektif
Pendekatan
objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya pada
karya sastranya. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada bila tidak ada karya
sastra. Karya sastra menjadi sesuatu yang inti(Junus, 1985:2).
Menurut
strukturalisme, kajian sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri,
tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta dan pembaca sebagai penikmat.
Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat,
seteliti, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan
aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Dalam
pandangan struktural yang sebenarnya, tidak mungkin ada pembedaan bentuk dan
isi. Bentuk diberi makna dalam kaitannya dengan isi. Isi diberi pencerahan oleh
gejala bentuk tang terpadu dengannya(Teeuw, 1984: 132-136).
- 1. Bentuk dan Struktur Puisi
- Perwajahan Puisi (Tipografi)
Ciri-ciri
yang dapat dilihat sepintas dari bentuk puisi adalah perwajahannya. Perwajahan
adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Pada puisi
konvensional, kata-katanya diatur dalam deret yang disebut larik dan baris.
Setiap satu larik tidak selalu mencerminkan satu pernyataan. Larik dalam puisi
tidak selalu dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titi (.). kumpulan
pernyataan dalam puisi tidak membentuk paragraf, tetapi membentuk bait.
Sebuah bait dalam puisi membentuk satu pokok pikiran. Pengaturan dalam
bait-bait ini sudah berkurang atau sama sekali tidak ada puisi modern atau
puisi kontemporer. Bahkan, puisi kontemporer tipografinya bisa membentuk suatu
gambar. Orang menyebutnya sebagai puisi konkret.3
Permintaan
Muhammad
Yamin
|
Mendengarkan
ombak pada hampirku
Debar-mendebar
kiri dan kanan
Melagukan
nyanyi penuh santunan
Terbitlah
rindu ke tempat lahirku
Sebelah
timur pada pinggirku
|
Diliputi
langit berawan-awan
Kelihatan
pulau penuh keheranan
Itulah
gerangan tanah airku
Pada
puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin terdiri dari 4 bait dan 14 lirik dengan
susunan 4-4-3-3.
- Diksi
Diksi
adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan
banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata dalam
puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Pemilihan kata akan mempengaruhi pemilihan makna dan keselarasan bunyi.
Dalam
puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin tertulis seperti dibawah ini:
- Bait 1
Mendengarkan
ombak pada hampirku
Debar-mendebar
kiri dan kanan
Melagukan
nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat
lahirku
Kata
terbitlah mengandung makna dramatisasi bahwa Muhammad Yamin merasakan
rindu dengan tempat lahirnya, rindu yang tiba-tiba datang kepada dirinya.
- Bait 2
Sebelah
timur pada pinggirku
Diliputi
langit berawan-awan
Kelihatan
pulau penuh keheranan
Itulah
gerangan tanah airku
Kata
gerangan mengandung makna kesayangan, panggilan sayang dan hormat
terhadap sesuatu. Bahwa Muhammad Yamin menyayangi dan menghormati tanah airnya,
tempat kelahirannya.
- Bait 3
Di
mana laut debur-mendebur
Serta
mendesir tiba di pasir
Di
sanalah jiwaku, mula tertabur
Kata
tertabur mengandung makna penegasan seperti terlahir, bahwa Muhammad
Yamin benar-benar lahir sebagaimana yang ia jelaskan pada bait 1 dan 2.
- Bait 4
Di
mana ombak sembur-menyembur
Membasahi
Barisan sebelah pesisir
Di
sanalah hendaknya, aku berkubur.
Kata
berkubur mengandung makna penegasan seperti mati, bahwa Muhammad Yamin
menginginkan mati dan dikuburkan di tanah kelahirannya.
- Imaji
Imaji
adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi
seperti, penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga; imaji suara(auditif), imaji penglihatan(visual), dan imaji rasa atau
sentuh(taktil).
Permintaan
Muhammad
Yamin
-
imaji suara (auditif)
Mendengarkan
ombak pada hampirku
Debar-mendebar
kiri dan kanan
Melagukan
nyanyi penuh santunan
Terbitlah
rindu ke tempat lahirku
-
imaji penglihatan (visual)
Sebelah
timur pada pinggirku
Diliputi
langit berawan-awan
Kelihatan
pulau penuh keheranan
Itulah
gerangan tanah airku
-
imaji suara (auditif)
Di
mana laut debur-mendebur
Serta
mendesir tiba di pasir
Di
sanalah jiwaku, mula tertabur
-
imaji rasa atau sentuh (taktil)
Di
mana ombak sembur-menyembur
Membasahi
Barisan sebelah pesisir
Di
sanalah hendaknya, aku berkubur.
- Kata Konkret
Kata
konkret adalah kata-kata yang ditangkap dengan indra. Dengan kata konkret akan
memungkinkan imaji muncul.
- Bait 1
Mendengarkan
ombak pada hampirku
Debar-mendebar
kiri dan kanan
Melagukan
nyanyi penuh santunan
Terbitlah
rindu ke tempat lahirku
Kata
konkret yang terdapat pada puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin, pada bait 1
yaitu ombak.
- Bait 2
Sebelah
timur pada pinggirku
Diliputi
langit berawan-awan
Kelihatan
pulau penuh keheranan
Itulah
gerangan tanah airku
- Bait 3
Di
mana laut debur-mendebur
Serta
mendesir tiba di pasir
Di
sanalah jiwaku, mula tertabur
- Bait 4
Di
mana ombak sembur-menyembur
Membasahi
Barisan sebelah pesisir
Di
sanalah hendaknya, aku berkubur.
- Bahasa Figuratif (Majas)
Majas
ialah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek atau
konotasi tertentu(Sudjito, 1986: 128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna(Waluyo,
1987: 83).
- Bait 1
Mendengarkan
ombak pada hampirku
Debar-mendebar
kiri dan kanan
Melagukan
nyanyi penuh santunan
Terbitlah
rindu ke tempat lahirku
Terdapat
majas personifikasi, ombak seakan-akan dapat bernyanyi.
- Bait 2
Sebelah
timur pada pinggirku
Diliputi
langit berawan-awan
Kelihatan
pulau penuh keheranan
Itulah
gerangan tanah airku
Terdapat
majas personifikasi, pulau yang seakan-akan seperti keheranan.
- Verifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)
- Rima
Ada
sedikit perbedaan konsep rima dengan sajak. Sajak adalah persamaan bunyi pada
akhir baris puisi, sedangkan rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di
awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope, (2) bentuk
intern pola bunyi, dan (3) pengulangan kata atau ungkapan.
1)
Onomatope ialah tiruan terhadap bunyi. Dalam puisi, bunyi-bunyi ini memberikan
warna suasana tertentu seperti yang diharapkan oleh penyair.
2)
Bentuk intern pola bunyi, yang dimaksud dengan bentuk internal ini adalah
aliterasi, asonasi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak
berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi(kata), dan sebagainya.
3)
Pengulangan kata/ungkapan, pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi, namun
mungkin kata-kata atau ungkapan. Boulton menyatakan bahwa pengulangan bunyi, kata,
dan frasa memberikan efek intelektual dan efek magis yang murni(Waluyo, 1987:
93).
- Ritma dan Metrum
Ritma
merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat
menonjol jika puisi itu dibacakan. Ada ahli yang menyamakan ritma dengan
metrum.
Rima
pada puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin’ belum dapat saya teliti,
sedangkan sajaknya menggunakan sajak bebas.
- Struktur Batin Puisi
- Tema atau Makna
Karena
bahasa berhubungan dengan makna puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan. Untuk puisi konvensional tiap
kata-baris, bait, sampai keseluruhan puisi mempunyai makna. Tetapi mulai
berkurang pada puisi modern/kontemporer.
Tema
keseluruhan pada puisi ‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin adalah kecintaan dan
kerinduan penyair terhadap tanah kelahirannya.
- Rasa
Rasa
dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada
puisinya. Pengulangan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial
dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman psikologis
dan sosiologis, serta pengetahuan.
*sekilas
biografi Muhammad Yamin
Lahir
di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903, Muhammad Yamin mencintai sastra
sejak muda. Dia menulis puisi, melalui mana dia tidak saja mengemukakan tanah
air yang dicita-citakannya, melainkan juga mengekspresikan kecintaanya pada
keindahan alam kampung halamannya. Puisi-puisinya berbicara juga tentang cinta,
penggembala, dan cita-cita yang terasa jauh untuk digapai. Namun kebanyakan
puisi awalnya melukiskan keindahan alam. Puisi-puisi awal Muhammad Yamin
dihimpun dan dibicarakan oleh Armijn Pane dalam Sandjak-sandjak Muda Mr.
Muhammad Yamin (1954). Istri Muhammad Yamin adalah Sitti Sundari Yamin
Mertoadmojo, seorang puteri keturunan bangsawan Surakarta, Jawa Tengah,
dinikahinya pada tahun 1937. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, Dang
Rahadian Sinayangsih Yamin, biasa dipanggil Dian. Dian menikahi Gusti Raden Ayu
Retno Satuti, anak sulung Manggkunegoro VIII, sultan Surakarta, pada tahun
1969. Seorang anak keturunan bangsawan kembali ke istana bangsawan.
Adapun
Muhammad Yamin, akan kembali ke istana yang lain. Setelah melewati jalan
panjang yang terjal dan berliku, lelaki itu akhirnya tiba di batas akhir
hayatnya. Muhammad Yamin sampai pada kata-katanya sendiri: setiap bintang
sekali bercaya/ sadarlah sudah badanku ini/ inginan sampai, karena mulia
(“Cita-cita”). Bintang sekali bercahaya, dan sang badan sadar bahwa keinginan
sudah sampai di batas kemuliaan. Maka Muhammad Yamin pun tutup usia di Jakarta,
17 Oktober 1962. Puisinya yang berjudul “Permintaan” adalah semacam wasiat di
mana dia minta dikuburkan:
…
Dimana ombak sembur-menyembur
Membasahi Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.
Dimana ombak sembur-menyembur
Membasahi Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur.
Dia
ingin dikubur di daerah Bukit Barisan, bukit di Sumatera Barat yang disebutkan
Yamin berulangkali dalam puisi-puisinya. Maka dia dikebumikan di Talawi, sebuah
kota kecamatan yang terletak 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto,
Sumatera Barat.
- Nada
Nada
dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan
masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan
rendah pembaca.
Muhammad
Yamin dalam puisinya yang berjudul ‘Permintaan’, seolah-olah ia berkomunikasi
namun menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca karena pada puisinya ia
mewasiatkan suatu hal kepada pembaca yang dirinya sendiripun telah meninggal
dunia.
- Amanat atau Tujuan
Sadar
maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Dorongan ia
sebelom menciptakan puisi mungkin berupa (1) dorongan untuk memuaskan nafsu
seksual, (2) dorongan makan, (3) dorongan keamanan diri, (4) dorongan
berkomunikasi, (5) dorongan untuk mengaktualisasi diri, dan (6) dorongan untuk
berbakti baik kepada Tuhan maupun kepada manusia.
Amanat
atau tujuan Muhammad Yamin mungkin telah jelas terlihat pada tema, rasa, dan
nada. Ia memiliki dorongan berkomunikasi kepada pembaca atas tujuan ia membuat
puisi yang berjudul ‘Permintaan’.
- Kesimpulan
Dari
analisis bentuk dan isi di atas, dapat disimpulkan bahwa segi menarik puisi
‘Permintaan’ karya Muhammad Yamin ialah penyair sangat mengindahkan dan memuji
tanah kelahirannya, ia benar-benar merindukan tanah kelahirannya, serta sangat
bangga akan tanah kelahirannya sehingga ia menginginkan jika kelak ia mati
haruslah ia dikuburkan di tanah kelahirannya. Puisi ini pun seolah-olah menjadi
suatu wasiat kepada pembaca karena faktanya setelah menulis puisi ini si
penyair tak lama kemudian meninggal dunia. Di dalamnya pun penyair seperti
berkomunikasi memberikan informasi kepada pembaca tentang tanah kelahirannya
dan tujuan serta keinginannya.
Muhammad
Yamin termasuk pusi modern namun masih sedikit menggunakan kaidah-kaidah lama,
dengan lirik dan bait yang disusun 4-4-3-3 serta sajaknya yang bebas a-b-b-a
dan a-a-a. Penyair mampu menggunakan kata konkret dan imaji yang mudah
dimengerti namun tetap indah dibaca dan dinikmati. Puisinya pun singkat tetapi
memiliki makna keseluruhan yang kuat bahwa penyair sangat mencintai dan
merindukan tanah kelahirannya.
Daftar
Pustaka
D.
Rahman, Jamal. 4 Nopember 2009. “Muhammad Yamin” dalam Bahasa Membangun
Generasi Muda, Atau Generasi Muda Membangun Bahasa? Bercermin pada
Muhammad Yamin
Siswanto,
Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar