Kamis, 21 November 2013
EYD 2009
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda
titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direaktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 …
2.2 ...
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau
huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan
keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul 9.00 pagi
25
pukul 11.00 siang
pukul 5.00 sore
pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan
pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
pukul 00.45
pukul 07.30
pukul 11.00
pukul 17.00
pukul 22.00
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920.
Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b)
nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga
26
Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai
berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m 8,750 m
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
27
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,dan kasihan,
atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain
yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
28
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia
(Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal
atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan
tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai─untuk menghindari salah baca/salah pengertian─di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-nahasa di
kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
29
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik
membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi
penyair kesanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak
perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3) berbadan sehat;
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi
Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara
Pembawa Acara : Bambang S.
Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008
Waktu : 09.00—10.30
30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!"
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam
kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga cara
baru ….
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada gading
yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur
panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur
kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahanan
yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam
kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
31
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan
kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b. ke- dengan angka,
c. angka dengan -an,
d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (─)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu─saya yakin─dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini─evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom─telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia─amanat Sumpah Pemuda─harus terus
ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
32
Misalnya:
Tahun 1928─2008
Tanggal 5─10 April 2008
Jakarta─Bandung
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan
pada akhir kalimat.
Misalnya:
Kita memerlukan alat tulis─pena, pensil, dan kertas.
(Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda
titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk
33
menandai akhir kalimat.
(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....
J. Tanda Petik (" ")
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indoneia" dalam
buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
Makalah "Pembetukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan:
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata dia, "Saya juga minta satu."
Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
(4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di
atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar.
Misalnya:
zaman bukan jaman
asas " azas
plaza " plasa
jadwal " jadual
bus " bis
34
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:
terpandai 'paling' pandai
retina 'dinding mata sebelah dalam'
mengambil langkah seribu ‘lari pontang-panting'
tinggi hati ‘sombong, angkuh'
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
Misalnya:
feed-back 'balikan'
dress rehearsal 'geladi bersih'
tadulako 'panglima'
L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi)
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu
merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam
negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.
35
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang
menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
1) buku,
2) pensil, dan
3) tas sekolah.
Dia senang dengan mata pelajaran
a) fisika,
b) biologi, dan
c) kimia.
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar'
tindakan penipuan dan/atau 'tindakan penipuan
penganiayaan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atau
tindakan penganiayaan'
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalanpenggalan
dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
36
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan: bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah: telah)
1 Januari '08 ('08: 2008)
Jumat, 04 Oktober 2013
Menulis puisi baru
MENULIS PUISI
I. MODEL-MODEL PELATIHAN
I. MODEL-MODEL PELATIHAN
a. TEKNIK
AKROSTIK
b. TEKNIK
FOTOGRAFI
c. TEKNIK
MULTIPLIKASI
d. TEKNIK
KAMUS
e. TEKNIK
MABOK
f. TEKNIK
TOMEL
g. TEKNIK MIMPI
Semua bertujuan untuk mengasah ketrampilan menulis puisi
a. Teknik
akrostik (sandi asma)
Contoh puisi
Love
Lama sudah aku menantimu
Ombak laut menggulung
rasa
Variasi hidup yang sejati
Erat mendekap dalam dada
b, TEKNIK
FOTOGRAFI
•Sebelum menulis melihat
obyek nyata (asli, foto, lukisan, film)
•Menenafsirkan, menulis
•Contoh
KURSI
Kursi-kursi jadi rebutan
Bagai mie instan yang disebar
Di tengah orang-orang kelaparan
Duh, betapa rakusnya kekuasaan
c. TEKNIK
MULTIPLIKASI
langit.......... berarak............. jiwa
luka......... meneteskan.............
...........cintaku ...........warna
merah ...............terbelah
di telapak .............malam.............
Menjadi ini
Langit HITAM berarak DALAM jiwa
luka SUNYI
meneteskan DARAH
SAMPAI cintaku
BERUBAH warna
merah DELIMA terbelah
di telapak TANGAN malam DURJANA
d. Teknik
kamus
1. buka dan baca beberapa halaman kamus
2. gunakan kata-kata yang telah dibaca untuk membuat puisi
1. buka dan baca beberapa halaman kamus
2. gunakan kata-kata yang telah dibaca untuk membuat puisi
e. Teknik mabok
•Asal
menulis tanpa menghapus
•Tanpa
berpikir, langsung tulis yang ada di pikiran.
f. teknik tomel (waton ngomel)
•Waton
ngomel direkam
•Ditransliterasi ke dalam tulisan
g. Teknik
Mimpi (BY)
1. sediakan alat tulis di tempat tidur.
2. bangun tidur, buatlah puisi yang diimpikan saat tidur.
1. sediakan alat tulis di tempat tidur.
2. bangun tidur, buatlah puisi yang diimpikan saat tidur.
II.
PROSES KREATIF PENULISAN
Menunjuk pada kemungkinan menulis puisi secara bebas sehingga hasil menulis
puisi dapat didekati dari aspek teori, kriteria, dan konvensional puisi pada
umumnya.
Pertama:
Dengan menggambarkan obyek bagaimana mestinya.
Contoh
Di tengah keramaian Malioboro
Pengemis tua itu menadahkan tangan
Wajahnya pucat kebiruan
Tubuhnya kurus tak berdaya
Di balik kumal pakainya
Matanya merah penuh curiga
Pada setiap orang yang melintasinya
Kedua:
Menuliskan obyek yang telah dipilih dengan mengubah secara
Contoh perubahan lanjutan:
Di tengah keramaian Malioboro
Bagian dari Indonesia kita
Pengemis tua menadahkan tangan
Wajahnya pucat kebiruan
Tubuhnya kurus penuh luka
Bagai jutaan rakyat tak berdaya
Di balik kerakusan para penguasa
Ketiga:
menghancurkan objek yang dipilih sehingga realitanya agak berbeda, perlu
pendalaman/ pengalaman, dan pengimajian
Contoh
perubahan lanjutan:
Di tengah peta Indonesiaku
Para pengemis tegak berdiri
Mengacungkan pisau belati
Bagai rakyat yang ditindih kekuasaan
Bergerak menuju istana
Menuntut keadilan bagi semesta
Kehidupan dan kemanusiaan
Di tengah peta Indonesiaku
Para pengemis tegak berdiri
Mengacungkan pisau belati
Bagai rakyat yang ditindih kekuasaan
Bergerak menuju istana
Menuntut keadilan bagi semesta
Kehidupan dan kemanusiaan
Keempat:
melenyapkan objek dengan mengganti objek baru, berbeda denga obyek aslinya
yanga pernah diamati.
Coba dibuat yaaa.
Coba dibuat yaaa.
Selamat
berpuisi
Minggu, 08 September 2013
XI.1.6.1 Menganalisis Pementasan Drama dan Mengekspresikan Perilaku dan Dialog Tokoh
Standar Kompetensi: Memerankan tokoh dalam pementasan drama
Kompetensi Dasar: 1. Menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan
2. mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis dan atau antagonis
A. Menganalisis Pementasan Drama
Pada pembahasan sebelumnya kita sudah membicarakan tentang unsur intrinsik drama dan sedikit mengamati contoh pementasan drama serta mendiskusikannya.
Dalam mementaskan drama ada beberapa langkah-langkah yang dapat Anda ikuti, yaitu sebagai berikut:
1. Menyusun naskah atau memilih naskah drama yang sudah ada
2. Membedah naskah yang akan dipentaskan secara bersama-sama
3. Membaca keseluruhan naskah (readingi) untuk mengenal masing-masing peran
4. Melakukan pemilihan peran (casting) sesuai kemampuan pemain
5. Mendalami peran yang akan dimainkan, antara lain dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
a. Penjiwaan terhadap karakter tokoh yang dimainkan
b. Ekspresi yang digunakan harus sesuai
c. Gerak-gerik harus tepat
d. Lafal harus jelas
e. Intonasi tepat
f. Memerhatikan volume suara
6. Sutradara mengatur teknik pentas (blocking) dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain
7. Menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pementasan (running)
8. Latihan terakhir sebelum pentas (gladi resik)
9. Pelaksanaan pementasan dengan didukung:
a. Tata Rias
Tata rias dapat membantu pemain untuk membuat perubahan wajah sesuai dengan karakter yang dimau.
Misalnya mengubah pemain yang masih muda menjadi nenek-nenek.
b. Kostum
Pakaian atau kostum dapat mendukung pemain dalam memerankan karakter yang diinginkan.
Contoh: Tokoh pengemis didukung dengan kostum compang-camping, lusuh, dan kotor.
c. Tata Panggung
Tata panggung atau dekorasi mendukung latar cerita yang ingin ditampilkan. Pada teknik tata panggung
untuk mendukung latar/setting cerita biasanya juga ditopang dengan seni tata lampu (lighting)
d. Tata Bunyi
Tata bunyi biasanya membantu menggambarkan situasi yang terjadi dalam pementasan drama.
Misalnya terdengar bunyi deburan ombak bearti suasananya sunyi dan sejuk di tepi pantai.
B. Mengekspresikan Perilaku dan Dialog Tokoh
Untuk dapat mengekspresikan watak tokoh yang diperankan, seorang aktor membutuhkan alat ekspresi. Selain dialog, alat ekspresi lain yang dapat digunakan adalah lafal, intonasi, nada/tekanan, dan mimik/gerak-gerik.
1. Lafal
Lafal adalah cara pengucapan bunyi bahasa, baik yang berupa kata, kelompok kata, maupun kalimat.
Melalui lafal pemain drama dapat menyampaikan pesan.
Untuk itu pemain harus mampu menjaga pelafalannya
Perhatikan dialog drama berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2!
Kompetensi Dasar: 1. Menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan
2. mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis dan atau antagonis
A. Menganalisis Pementasan Drama
Pada pembahasan sebelumnya kita sudah membicarakan tentang unsur intrinsik drama dan sedikit mengamati contoh pementasan drama serta mendiskusikannya.
Dalam mementaskan drama ada beberapa langkah-langkah yang dapat Anda ikuti, yaitu sebagai berikut:
1. Menyusun naskah atau memilih naskah drama yang sudah ada
2. Membedah naskah yang akan dipentaskan secara bersama-sama
3. Membaca keseluruhan naskah (readingi) untuk mengenal masing-masing peran
4. Melakukan pemilihan peran (casting) sesuai kemampuan pemain
5. Mendalami peran yang akan dimainkan, antara lain dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
a. Penjiwaan terhadap karakter tokoh yang dimainkan
b. Ekspresi yang digunakan harus sesuai
c. Gerak-gerik harus tepat
d. Lafal harus jelas
e. Intonasi tepat
f. Memerhatikan volume suara
6. Sutradara mengatur teknik pentas (blocking) dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain
7. Menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pementasan (running)
8. Latihan terakhir sebelum pentas (gladi resik)
9. Pelaksanaan pementasan dengan didukung:
a. Tata Rias
Tata rias dapat membantu pemain untuk membuat perubahan wajah sesuai dengan karakter yang dimau.
Misalnya mengubah pemain yang masih muda menjadi nenek-nenek.
b. Kostum
Pakaian atau kostum dapat mendukung pemain dalam memerankan karakter yang diinginkan.
Contoh: Tokoh pengemis didukung dengan kostum compang-camping, lusuh, dan kotor.
c. Tata Panggung
Tata panggung atau dekorasi mendukung latar cerita yang ingin ditampilkan. Pada teknik tata panggung
untuk mendukung latar/setting cerita biasanya juga ditopang dengan seni tata lampu (lighting)
d. Tata Bunyi
Tata bunyi biasanya membantu menggambarkan situasi yang terjadi dalam pementasan drama.
Misalnya terdengar bunyi deburan ombak bearti suasananya sunyi dan sejuk di tepi pantai.
B. Mengekspresikan Perilaku dan Dialog Tokoh
Untuk dapat mengekspresikan watak tokoh yang diperankan, seorang aktor membutuhkan alat ekspresi. Selain dialog, alat ekspresi lain yang dapat digunakan adalah lafal, intonasi, nada/tekanan, dan mimik/gerak-gerik.
1. Lafal
Lafal adalah cara pengucapan bunyi bahasa, baik yang berupa kata, kelompok kata, maupun kalimat.
Melalui lafal pemain drama dapat menyampaikan pesan.
Untuk itu pemain harus mampu menjaga pelafalannya
2. Intonasi
Intonasi adalah musik kalimat, yaitu ketepatan penyajian
tingi rendahnya suara nada.
Intonasi membantu mengungkapkan ekspresi kejiwaan.
Misalnya: Untuk
ekspresi marah maka intonasi suara meninggi.
3. Nada/Tekanan
Nada/tekanan adalah keras lemahnya pengucapan kata/kalimat.
Penggunaan tekanan dimaksudkan untuk mementingkan bagian
yang diberi tekanan.
Cara penggunaan
nada, adalah sebagai berikut:
a. Tekanan keras
diberikan pada bagian yang dipentingkan, yaitu dengan diucapkan lebih
keras,
sekaligus lebih pelan.
b. Tekanan lemah
dipentingkan pada bagian yang tidak dipentingkan, yaitu dengan pengucapan biasa
atau
lebih
lemah dan kecepatannya biasa.
4. Mimik/Gerak-gerik
Mimik ada tiga macam, yaitu: mimik, pantomim, dan
pantomimik. Mimik adalah gerak-gerik wajah atau raut muka, pantomim adalah
gerak-gerik tubuh, sedangkan pantomimik adalah gabungan dari mimik dan
pantomim. Ketiga hal tersebut mendukung atau menunjang efektivitas
pengekspresian watak.
TUGAS KELOMPOK
1. Rencanakan sebuah pementasan
drama kelompok
2. Pilihlah salah satu naskah
(lakon) drama
3. Pilihlah sutradara dan pemain
untuk mementaskan drama tersebut
4. Berlatihlah mementaskan drama
tersebut di luar kelas
5. Pentaskan drama di depan kelas di
hadapan kelompok lain
6. Kelompok lain bertugas
menganalisis teknik pementasan
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
Perhatikan dialog drama berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2!
Ida :
"Akhir-akhir ini banyak pekerja yang sakit, supaya tidak mengganggu kerja
datanglah sore-sore."
Ny. Ardi: "Tetapi engkau
sendiri tampak tak begitu sehat, jangan memaksakan diri."
Ida : (Cepat)
"Ah, akus ehat, tidak apa-apa, Bu!
1. Karakter Ny. Ardi dalam dialog di
atas adalah ....
a. angkuh
b. egois
c. baik dan
bijaksana
d. lemah
e. lemah dan
ramah
Kunci: C
Pembahasan: dari
kutipan dialog di atas tamapk jelas bahwa watak Ny. Ardi baik dan bijaksana
2. Bagian yang ditulis dalam kurung
dalam drama tersebut adalah ....
a. petunjuk lain
b. prolog
c. epilog
d. monolog
e. dialog
Kunci: A
Pembahasan: pesan yang ditulis dalam kurung pada naskah drama adalah
petunjuk untuk pemeran drama tentang hala apa yang harus dia lakukan dalam
adegan tersebut.
Senin, 29 Juli 2013
Debat
Pedoman Debat Model PARLEMEN AUSTRALIA
BAB I
FORMAT DEBAT PARLEMEN AUSTRALIA
1. Tujuan Debat
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi bahasa Inggris
-
Memperbaiki kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat, pandangan dan persepsi mereka terhadap berbagai hal
- Mengarahkan siswa agar menjadi lebih kritis, berpikir analitis dan konstruktif
- Mengarahkan siswa agar mampu bertindak sportif
Format debat ini diadopsi dari format debat yang ada di parlemen Australia. Berikut abstraksinya :
- Pihak pertama (Tim Afirmatif) mengajukan sebuah usulan kepada parlemen
- Pihak oposisi (Tim Negatif) menyanggah usulan tersebut
- Masing-masing pihak berusaha meyakinkan Parlemen (Adjudicator) bahwa usulannya yang patut diterima
- Masing-masing pihak mendapat alokasi waktu yang setara untuk mengemukakan pandangannya secara bergantian
- Parlemen (Adjudicartor) melakukan pengambilan suara (voting) untuk memeutuskan usuan mana yang diterim
- Debat dipimpin oleh seorang ketua sidang (Chairperson)
- Tim Afirmatif beranggotakan 3 orang
- Tim Negatif beranggotakan 3 orang
- Ketua sidang didampingi oleh seorang pencatat waktu (Time Keeper)
- Tim juri (Adjudicator) dengan jumlah minimal 3 orang dan harus ganjil
|
|||
- Mendifinisikan topik (motion) yang diajukan
- Memberikan argumentasi yang mendukung
- Menyanggah topik (motion) yang didefinisikan oleh Tim Afirmatif
- Membangun kasus yang melawan argumentasi Tim Afirmatif
- Bila Tim Negatif memandang bahwa definisi yang diajukan oleh Tim Afirmatif tidak sah, Tim Negatif dapat mengajukan keberatan dan mengajukan definisi baru. Namun dalam hal ini tidak dapat dilakukan semata-mata karena Tim Negatif berpandangan bahwa definisinya sendiri yang lebih hebat.
Pidato Utama (Substantial Speech) | Pembicara Pertama Tim Afirmatif (A1) Pembicara Pertama Tim Negatif (N1) Pembicara Pertama Tim Afirmatif (A2) Pembicara Pertama Tim Negatif (N2) Pembicara Pertama Tim Afirmatif (A3) Pembicara Pertama Tim Negatif (N3) | 5 menit |
Pidato Balasan | Balasan Tim Negatif Balasan Tim Afirmatif | 3 menit |
BAB II
PERIHAL ISI DEBAT
1. Motion (Topik) Motion adalah sebuah pernyataan usulan yang akan diperdebatkan. Tim Afirmatif akan memberikan argumentasi untuk mempertahankan usulan/motion tersebut. Sebaliknya, Tim Negatif harus memberikan argumentasi untuk menolak usulan tersebut. 2. Definisi Tim Afirmatif harus mendefinisikan motion yang diajukan dengan :- Memberikan gambaran yag jelas dan lugas mengenai motion yang dibicarakan
- Membatasi lingkup pembicaraan dengan menetapkan batas yang jelas
- Tim Afirmatif memiliki berbagai kemungkinan mendifinisikan motion tersebut, karena motion yang diajukan tersebut bersifat abstrak.
- Tim Afirmatif bisa saja mendefinisikan ‘sesuatu’ sebagai presiden Republik Indonesia
- Dengan demikian motion itu mengandung inti bahwa siapa saja yang ‘naik’ (menerima kekuasaan) sebagai presiden RI suatu waktu harus ‘turun’ (menyerahkan kembali kekuasaannya).
- Oleh karena itu jabatan yang diajukan adalah : ‘Bahwa jabatan kepresidenan RI harus dibatasi sebanyak 2 periode’.
- Tim Afirmatif kemudian harus mengajukan argumentasi mengenai kerusakan yang terjadi bila masa kepresidenan tidak dibatasi serta memberikan bukti-bukti pendukung, misalnya : kontrol pada semua bidang selama pemerintahan rezim yang lalu, dll.
- Harus dapat diperdebatkan (misalnya : memiliki dua sisi yang bertentangan).
- Tidak boleh menyimpang dari topik yang diajukan.
- Relevan
- Tersusun dengan baik
- Konsisten dan logis secara internal (Argumen seorang pembicara tidak boleh kontradiktif dengan argumen pembicara lainnya)
- Jelas, karena sebuah tim pada dasarnya sedang berusaha untuk meyakinkan orang lain bahwa argumentasinya benar.
- Menggunakan bukti-bukti secara efektif.
- sedapat mungkin berikan konfirmasi mengenai fakta yang disampaikan
- Bahas permasalahan dari semua sudut pandang
- Argumentasi dari penguasa bobotnya tidak besar karena penguasa sering membuat kesalahan.
- Persiapkan lebih dari satu kasus. Dalam menyusun definisi, pikirkan berbagai cara pe definisian. Kemudian bangun argumentasi yang dapat digunakan untuk menyanggah kasus tersebut satu persatu.
- Jangan terpaku pada satu kasus karena itu adalah hasil pemikiran anda pribadi.
- Kuantifikasi. Argumentasi menjadi lebih kuat bila dilengkapi dengan data kuantitatif.
- Menunjukkan bahwa argumen lawan didasarkan pada fakta yang salah, atau interpretasi yang salah mengenai suatu fakta.
- Menunjukkan bahwa argumen lawan tidak relevan dengan upaya pembuktian motion.
- Menunjukkan bahwa argumen lawan tidak logis.
- Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun implikasinya tidak dapat diterima.
- Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun bobotnya tidak terlalu besar.
- Sebuah argumen lawan dapat saja salah karena fakta dan logikanya. Carilah penjelasannya, bagaimana itu terjadi dan mengapa itu terjadi.
- Sebuah argumen dapat pula kontradiktif dengan argumen pembicara lain dari tim tersebut, atau merupakan pengulangan dari pembicara lain. Maka tunjukkan hal tersebut. Kemampuan anda dalam mencermati pembicaraan tim lawan, dan kemampuan anda untuk mendengarkan sangat berperan.
- Sebuah argumen bisa saja benar tetapi tidak relevan. Cermatilah pembicaraan tim lawan. Sekiranya hal itu tidak ada relevansinya menurut pandangan anda tunjukkan apanya yang tidak relevan dengan apa dan mengapa, serta bagaimana bisa tidak relevan.
BAB III
PEMBAGIAN KERJA TIM
Debat adalah kerja tim, oleh karena itu seharusnya ada pembagian kerja yang jelas antara ketiga pembicara. Sehingga argumen-argumen yang diajukan penyampaiannya dibagi kepada ketiga pembicara atau dengan pengertian lain, pembagian tugas adalah pendistribusian argumen kepada masing-masing pembicara. 1. Pidato utama 1. Pembicara Pertama A1. Pembicara Pertama Tim Afirmative- Mendefinisikan motion
- Menyampaikan benang merah argumentasi Tim Afirmatif
- Memaparkan pembagian kerja tim
- Menyampaikan argumen pertama
- Menyampaikan ringkasan dari pidatonya
- Menanggapi definisi yang disampaikan Tim Afirmatif (Menerima atau menentang)
- Menyanggah A1
- Menyampaikan benang merah argumentasi Tim Negatif
- Memaparkan pembagian kerja Tim Negatif
- Menyampaikan argumen utama
- Menyampaikan ringkasan dari pidatonya
- Menegaskan pokok-pokok utama argumen tim.
- menunjukkan kaitan logis dari argumen tersebut menuju pembuktian benang merah
- Menunjukkan secara lugas kekurangan dari argumentasi tim lawan. Hal ini dapat
- Pembicara tidak boleh menyajikan pokok permasalahan baru, dan tidak boleh juga melakukan penyanggahan terhadap pokok-pokok yang disampaikan dalam pidato.
BAB IV
TEKNIK MERUMUSKAN SEBUAH KASUS
1. Teknik merumuskan kasus Perumusan kasus adalah proses mempersiapkan sebuah kasus untuk diperdebatkan. Kasus adalah kumpulan argumentasi, logika, fakta-fakta, contoh-contoh, dan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk membuktikan suatu hal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan sebuah kasus :
- Mendifinisikan suatu motion.
- Mempersiapkan landasan argumen.
- Memberi tugas kepada tiap pembicara mengenai argumen yang akan mereka bawakan dan sekaligus untuk membuktikan suatu motion dalam debat.
- Menemukan dan menganalisa argumen, fakta, contoh-contoh, dan lain-lain. Baik untuk mendukung kasus timnya ataupun untuk menyanggah kasus lawan.
- Mempersiapkan pidato individu.
Senin, 27 Mei 2013
HIKMAH
HIKMAH
Dalam suatu pesantren ada seorang santri yang cukup cerdas.
Ia sering bertanya yang santri lain tidak menduganya. “Kyai apakah syetan
dcipta dari api?”
“Ya betul.”
“Apakah syetan akan dimasukkan ke dalam neraka?”
“Ya betul.”
“Apakah siksa dalam neraka juga dengan pembakar api?”
“Ya betul.”
“Jika demikian syetan tidak merasa panas di dalam neraka.”
“Maju kemari Nak. Coba julurkan tanganmu.” Santri itupun
segera maju dan menjulurkan tangan kanannya yan berotot. Dia asisten pelatih beladiri di pondok .
“Plak!”
“Aduh! Sakit Kyai!
“Itulah syetan dalam neraka. Apabila tangan engkau yang
terdiri atas kulit dan daging sakit oleh tamparan tanganku yang terdiri juga atas
kulit dan daging, jadi syetan juga merasa panas oleh api neraka meskipun
tubuhnya dari api.”
Langganan:
Postingan (Atom)